Di Gaza, Sekolah dan Zona Aman Menjadi Sasaran Serangan Israel
Di Gaza, sekolah dan zona aman menjadi sasaran serangan Israel. Israel telah mengebom delapan sekolah yang dikelola UNRWA yang melindungi warga Palestina yang mengungsi dalam dua minggu terakhir.
Sekolah-sekolah yang dikelola badan PBB yakni UNRWA untuk tempat mengungsi warga Palestina, telah menjadi tempat berlindung bagi warga sipil yang melarikan diri dari pengeboman Israel di Gaza. Namun, serangkaian sekolah yang dikelola UNRWA yang melindungi warga Palestina telah di bom. Dan kantor pusat badan tersebut di kota Gaza dihancurkan.
Tak lagi ada tempat aman bagi warga Palestina.
Sembilan Dari 10 Orang Mengungsi
“Orang-orang Palestina memilih sekolah ini untuk berlindung karena mereka yakin berlindung di bawah bendera PBB. Sebagaimana dinyatakan hukum Internasional, akan memberikan rasa aman,” kata pejabat komunikasi senior UNRWA Louise Wateridge, kepada Ivysinglesdc dari Gaza. “Untuk warga sipil, sekolah-sekolah ini memberikan rasa aman di masa perang. Di bawah bendera PBB, sekolah-sekolah ini harusnya dilindungi.” Akan tetapi, badan tersebut menghadapi sejumlah tantangan dalam menyalurkan bantuan kepada masyarakat, bahkan saat mereka berlindung di sekolah.
“Beberapa faktor terus menghalangi kami untuk membawa pasokan kemanusiaan ke Gaza.” katanya. “Faktor-faktor tersebut termasuk pengepungan, pembatasan pergerakan, dan keselamatan pekerja bantuan kemanusiaan,” jelasnya, seraya menekankan terbatasnya bantual dan peralatan, sebagian besar berupa peralatan medis, yang diizinkan masuk ke Gaza oleh Militer Israel, serta ketidakpastian kehidupan di zona konflik tempat penghuni sekolah secara teratur di perintahkan untuk mengungsi oleh tentara Israel dan menuju ke daerah lain yang di tetapkan sebagai “zona aman”.
Dukungan Psikologis
Ahmad Swais, seorang psikolog dari lembaga amal medis internasional Doctor Without Borders, yang dikenal sebagai bahasa prancisnya, MSF, telah menyaksikan bagaimana berkumpulnya banyak orang membawa “Banyak penderitaan dan pengalaman yang berbeda.”
“Hal ini meningkatkan dampak psikologis dan sosial yang negatif pada individu,” katanya saat berbicara dari rumah sakit Nasser di Gaza selatan. “Hal ini meningkatkan keparahan gejala psikologis bagi individu dan keluarga yang berkumpul di satu tempat , baik itu di sekolah maupun tempat penampungan lainnya.”
Sekolah-sekolah tersebut juga tidak menawarkan banyak ruang bagi mereka yang berdatangan. Dalam kondisi trauma atau terluka parah akibat konflik Israel di Gaza, kata Swais. Banyak yang merasa tidak manusiawi dalam kondisi yang sulit tersebut. Dilansir dariĀ https://ivysinglesdc.com/
Anak-anak adalah kelompok yang paling terdampak secara psikologis akibat pengungsian berulang dan perang.
“Ada banyak anak yang sangat membutuhkan program dukungan psikologis. Sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang sesuai bagi anak-anak. Dan tempat tinggal yang lebih aman serta menjaga martabat dan kemanusiaan dasar mereka,” katanya.
Namun, meskipun menghadapi kesulitan. “Orang-orang yang tinggal di tempat penampungan seperti sekolah UNRWA merasa lebih beruntung dibandingkan mereka yang tinggal di tenda-tenda plastik dan tidur di atas pasir.”