TAPERA: Sudut pandang Gen Z Soal Program Tapera

Sudut pandang Gen Z soal Program pemerintah yakni, Tabungan Perumahan Rakyat (TAPERA) yang dihadirkan oleh pemerintah sebagai sebuah solusi untuk membantu meringankan pembiayaan perumahan di masa depan. Bahkan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno sempat memberikan pernyataan bahwa Generasi Z akan kesulitan membeli rumah jika tidak mendapat bantuan pembiayaan seperti Tapera.
Adapun aturan tentang Tapera di Tanah Air mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2024 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2020 tentang Tapera. Iuran TAPERA rencana nya akan diterapkan paling lambat tahun 2027 mendatang. Iuran Tapera akan memotong sebesar 2,5% dari gaji pekerja baik itu Pekerja Swasta maupun PNS, dan 0,5% di tanggung perusahaan.

Dan pekerja dari kalangan Generasi Z, Zulfikar menilai penerapan iuran TAPERA secara wajib tersebut justru akan memberatkan masyarakat. Hal ini ditambah lagi dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan dana ‘Umat’ yang terbilang rendah.

Lalu, bagaimana tanggapan Zulfikar (Gen Z) soal Program Tapera ini?

“Menurut saya sebagai masyarakat, program tersebut (TAPERA) benar-benar memberatkan dan selain itu, ya coba saja kita hitung sama-sama. Sebagai contoh upah karyawan Swasta saat ini adalah UMR, dan ini kita pukul rata semua ya seandainya semua upahnya setara UMR.
UMR Jakarta saja sekarang sudah di angka Rp. 5.000.000,00- (Lima Juta Rupiah).
Misal, dipotong 2,5% berarti kan Rp.125.000,00- / Bulan. Nah, 125.000 dikali 20 tahun contoh :
Rp.125.000,00- x 240 = 30.000.000,00- (Tiga Puluh Juta Rupiah).
Tahun 2024 saja, rumah-rumah yang berada di pinggiran kota Jakarta paling murah sudah diangka 500jt an. Dan bagaimana jika 20 tahun ke depan? mana ada harga 500jt? mau nabung sampe botak juga gak akan kebeli tuh rumah!
“Logika nya Program ini memang gak membantu sama sekali, dan gak ada guna nya juga. Yang nantinya hanya menjadi opsi lain bagi Pemerintah untuk KORUPSI!”, ujar Zulfikar.

Hal tersebut berkaca pada sejumlah kasus KORUPSI pengelolaan dana masyarakat oleh pemerintah dalam beberapa tahun terakhir. Dan selain itu, dengan melihat besarnya jumlah tunjangan pemerintah, Zulfikar malah berharap agar program tersebut memang tidak harus di wajibkan, khususnya untuk Generasi Gen Z serta pegawai Swasta.

Disisi lain, ia mengaku bahwa harga rumah di Indonesia setiap tahunnya semakin mahal hingga diluar nalar. Namun demikian, membeli rumah bukanlah prioritasnya saat ini sehingga iuran Tapera memang tidak dibutuhkannya.

“Dan saya saat ini lebih memilih mengontrak / sewa / kost sih, sambil menabung sedikit-sedikit agar bisa membeli cash!, Nggak mau punya utang saja”. ujarnya.

Pandangan senada juga disampaikan oleh Rizky Billar pekerja Generasi Z lainnya. Ia tak menyetujui skema Tapera yang disebut-sebut tujuannya untuk mempermudah kepemilikan rumah tapi seakan-akan memaksa. Padahal menurutnya, Indonesia masih jauh dari kata siap untuk mengelolanya.